Pengacara
O.C. Kaligis bersama tahanan KPK melakukan kebaktian Minggu di gedung
KPK, Jakarta, kemarin. Foto: Fedrik Tarigan/Jawa Pos
Kiprah pengacara kondang Otto Cornelis
(O.C.) Kaligis berakhir sudah. Mental advokat senior itu kini berada di
titik terendah sejak ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam
kasus suap terhadap hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Medan
sepekan lalu.
Meskipun kasusnya masih berproses dan
statusnya masih tersangka, O.C. Kaligis sudah membuat keputusan tragis,
yakni menutup kantor pengacara (lawyer) miliknya. Bukan hanya itu,
lelaki berusia 73 tahun tersebut juga menegaskan mengundurkan diri dari
jabatan ketua Mahkamah Partai Nasional Demokrat (Nasdem).
Keputusan mengejutkan pengacara yang lahir
pada 19 Juni 1942 di Ujung Pandang (kini Makassar) itu dibuat setelah
mengikuti kebaktian Minggu di gedung KPK kemarin pukul 10.00. Kaligis
datang ke kebaktian tidak sendiri, tapi bersama lima tahanan KPK
lainnya.
Salah satunya mantan Bupati Tapanuli
Tengah Raja Bonaran Situmeang. Enam tahanan tersebut harus mengenakan
rompi oranye bertulisan ”Tahanan KPK”. Saat datang, tidak ada pernyataan
dari Kaligis ketika ditanya wartawan. ”Saya mau ibadah dulu,” elaknya.
Ibadah itu dilaksanakan di ruang
auditorium. Ruangan tersebut biasanya digunakan KPK untuk menggelar
keterangan pers kepada wartawan. Misalnya pernyataan dari pimpinan KPK
ketika menetapkan tersangka baru kasus korupsi atau perkembangan sebuah
kasus yang ditangani.
Acara kebaktian dipimpin Pendeta Nathan
Setiabudi, mantan ketua umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia
(PGI). Dalam khotbahnya, Nathan meminta tahanan KPK tetap rajin
beribadah. Dia juga mengajak enam orang itu melantunkan puja-puji
terhadap kebesaran Tuhan.
Dari pantauan Jawa Pos melalui sela di
jendela ruang auditorium, hampir semua jemaat kebaktian tampak khusyuk
mengikuti ibadah Minggu. Yang terlihat tidak tenang hanya Kaligis.
Pengalaman pertama menjalankan ritual ibadah sebagai tahanan KPK membuat
dia tampak kebingungan. Berkali-kali Kaligis melihat ke arah pintu
auditorium. Padahal, pintu ruangan selalu tertutup.
Selain itu, pengacara yang mendapatkan
gelar hukum pertamanya dari Universitas Parahyangan Bandung tersebut
terlihat kikuk saat melantunkan pujian. Berkali-kali dia melihat kitab
yang dibawanya.
Pukul 12.00 acara kebaktian pun usai.
Kaligis keluar bersama lima tahanan yang lain. Setelah keluar, dia
menunjukkan sepucuk surat yang berisi protes terhadap KPK kepada
wartawan yang menungguinya.
Dalam kesempatan itu, ayah artis Velove
Vexia tersebut mengakui, sejak dirinya ditetapkan sebagai tersangka oleh
KPK, karirnya terjun bebas. Kini tidak ada orang yang memakai jasa
firma hukum (law firm) bentukannya itu. ”Hancur saya punya karir,”
ucapnya lirih kepada awak media yang mengerubungi.
Minimnya klien yang memakai jasa kantornya
membuat Kaligis berniat menutup kantornya. Pria yang pernah menulis
perjalanan karirnya dengan judul Manusia Sejuta Perkara itu mengatakan
dalam waktu dekat akan mengutarakan niatnya tersebut ke seluruh anak
buahnya. Selain itu, Kaligis akan menarik seluruh beasiswa yang dia
berikan kepada anak buahnya.
Tahun ini ada 12 orang yang disekolahkan.
Sepuluh orang kuliah di luar negeri dan dua orang di dalam negeri.
”Tahun depan ada 50 orang. Akan saya hentikan juga,” tegas satu di
antara sedikit pengacara yang menyandang gelar guru besar atau profesor
tersebut.
Tak hanya menutup sumber pendapatannya,
Kaligis menyatakan juga mengundurkan diri dari jabatan ketua Mahkamah
Partai Nasdem. Namun, dia tetap menjadi anggota Nasdem. Hal itu
dilakukan agar tidak merusak nama baik partai pimpinan Surya Paloh
tersebut.
”Saya cinta Nasdem. Namun, saya harus
mengundurkan diri agar partai tidak rusak,” ungkap Kaligis yang sebelum
ke Nasdem aktif di Partai Golkar.
http://www.jpnn.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar