Sudah hampir 3x malam jumat ini aku tidak bisa tidur nyenyak. Pasalnya setiap malam jumat selalu mimpi buruk didatangi pengacara raja jin dari negeri antah berantah. Si Pengacara raja jin tersebut selalu datang dengan membacakan somasi yang menyatakan akan menculikku dalam waktu 3 x 4 bulan bila aku tidak mengembalikan putri raja jin yang aku sekap dalam sebuah botol. Padahal aku tidak pernah merasa menyekap siapapun. Apalagi putri seorang raja jin yang terkenal sadis bin kejam dan suka makan anak ayam.
Namun kemarin malam saat akan membuat nasi goreng, aku dibuat terkejut. Botol saus yang masih setengah ternyata isinya telah habis. Justru yang tampak di dalam botol adalah sesosok wanita ala barbie dengan postur gendut karena kebanyakan memakan saus di dalam botol. Rupanya dia adalah putri raja jin yang dimaksud dalam somasi. Tiba-tiba badanku menjadi gemetaran mengingat somasi dari si pengacara raja jin. Akibatnya botol yang aku pegang menjadi jatuh dan pecah. Bebaslah si putri jin dari jebakan botol saus.
Aku menjadi panik menghadapi kenyataan ternyata putri si raja jin benar-benar tersekap di rumahku tanpa sengaja. Bagaimana bila si putri raja jin pulang dan aku dijadikan tersangka. Keringat dingin seukuran biji jagungpun mengalir dari seluruh tubuhku. Sampai-sampai untuk mengeringkannya membutuhkan handuk dan memerasnya di sebuah ember.
“Aku harus punya pengacara,” gumanku dalam hati. Seketika itu juga aku ambil Yellow Pages untuk menghubungi berbagai pengacara top yang ada di Surabaya. Astaganaga naga bonar…. ternyata semua pengacara yang ada di Surabaya tidak berani membelaku untuk melawan raja jin.
Aku segera mencari daftar telpon pengacara top di Jakarta untuk menjadi pembela menghadapi raja jin. Ya ampun… ternyata mulai dari pengacara hitam, pengacara putih hingga yang belang-belang ala kuda zebra juga tidak ada yang berani mendampingiku. Alarm tanda bahaya dalam pikiranku mulai berbunyi. Bila semua pengacara di tanah jawa tidak ada yang berani, berarti aku menghadapi masalah serius. Aku membayangkan kemungkinan terburuk bila sampai berhadapan dengan raja jin perkara penyekapan putrinya yang tidak pernah aku lakukan.
Dalam suasana panik, tiba-tiba melayang selembar kertas yang tampak seperti potongan koran, entah dari mana. Padahal semua pintu dan jendela tertutup rapat. Potongan kertas koran tersebut persis jatuh di depanku. Saat kubaca, ternyata potongan koran tersebut berisi iklan seorang pengacara yang tampak duduk dan menatap tajam. Ajaib!!! Mata si pengacara dalam gambar iklan tersebut bisa mengikuti gerakan tubuh. Saat aku miring ke kanan, dia melirik ke kanan dan saat aku miring ke kiri, dia si foto pengacara ini juga ikut melirik ke kiri, persis seperti lukisan Ir. Soekarno yang ada di rumah dinas Bupati Nganjuk.
Oh pantas saja iklan korannya penuh keajaiban mirip dengan koran yang ada di film Harry Potter. lah ternyata memang si pengacara yang bernama S. Paguci ini spesialis alam goib.
“Nah ini pasti pengacara yang dikirim untuk membantuku,” gumanku lagi. Tapi aneh, mengapa alamat kantornya tertulis tidak jelas begitu ya.
Tiba-tiba foto dalam gambar tersebut berbicara, “kalau mau tau alamatku, coba baca mantra ini: hong welahong, kacang buncis dimakan bancis kemancis.”
Benar saja!!! Ajaib!!! Saat aku tirukan mantranya, ternyata alamat kantor yang tadinya berupa tulisan tidak jelas, berubah menjadi jelas dengan kombinasi hurud Calibri dan Arial.
Disitu tertera nomer telponnya 08123456789. Aneh nomer telpon kok mirip deret angka begitu. Aku coba hubungi nomer tersebut, namun yang terdengar sebuah suara wanita seksi mendesah, “Oh yes oh no… nomer yang Anda hubungi sedang dipakai. Coba beberapa saat lagi.” Aneh. Mana ada handphone mengeluarkan bunyi desah ala orang kena cacing kremi begitu. Lebih dari 99x aku coba hubungi, namun pesan yang terdengar sama saja. Hanya kadang suara laki-laki dan lebih sering suara wanita. Aneh!!!
Tanpa pikir panjang, aku segera berkemas untuk menuju ke alamat yang tertera di iklan tersebut. “OMG… alamatnya di Padang Sumatra sana.” Namun mengingat masalah yang cukup besar karena berhubungan dengan kasus raja jin, akupun segera berangkat ke Bandara Juanda untuk bertemu pengacara fenomenal yang bisa hidup di tiga alam ini. (choiron/http://hiburan.kompasiana.com/)
Namun kemarin malam saat akan membuat nasi goreng, aku dibuat terkejut. Botol saus yang masih setengah ternyata isinya telah habis. Justru yang tampak di dalam botol adalah sesosok wanita ala barbie dengan postur gendut karena kebanyakan memakan saus di dalam botol. Rupanya dia adalah putri raja jin yang dimaksud dalam somasi. Tiba-tiba badanku menjadi gemetaran mengingat somasi dari si pengacara raja jin. Akibatnya botol yang aku pegang menjadi jatuh dan pecah. Bebaslah si putri jin dari jebakan botol saus.
Aku menjadi panik menghadapi kenyataan ternyata putri si raja jin benar-benar tersekap di rumahku tanpa sengaja. Bagaimana bila si putri raja jin pulang dan aku dijadikan tersangka. Keringat dingin seukuran biji jagungpun mengalir dari seluruh tubuhku. Sampai-sampai untuk mengeringkannya membutuhkan handuk dan memerasnya di sebuah ember.
“Aku harus punya pengacara,” gumanku dalam hati. Seketika itu juga aku ambil Yellow Pages untuk menghubungi berbagai pengacara top yang ada di Surabaya. Astaganaga naga bonar…. ternyata semua pengacara yang ada di Surabaya tidak berani membelaku untuk melawan raja jin.
Aku segera mencari daftar telpon pengacara top di Jakarta untuk menjadi pembela menghadapi raja jin. Ya ampun… ternyata mulai dari pengacara hitam, pengacara putih hingga yang belang-belang ala kuda zebra juga tidak ada yang berani mendampingiku. Alarm tanda bahaya dalam pikiranku mulai berbunyi. Bila semua pengacara di tanah jawa tidak ada yang berani, berarti aku menghadapi masalah serius. Aku membayangkan kemungkinan terburuk bila sampai berhadapan dengan raja jin perkara penyekapan putrinya yang tidak pernah aku lakukan.
Dalam suasana panik, tiba-tiba melayang selembar kertas yang tampak seperti potongan koran, entah dari mana. Padahal semua pintu dan jendela tertutup rapat. Potongan kertas koran tersebut persis jatuh di depanku. Saat kubaca, ternyata potongan koran tersebut berisi iklan seorang pengacara yang tampak duduk dan menatap tajam. Ajaib!!! Mata si pengacara dalam gambar iklan tersebut bisa mengikuti gerakan tubuh. Saat aku miring ke kanan, dia melirik ke kanan dan saat aku miring ke kiri, dia si foto pengacara ini juga ikut melirik ke kiri, persis seperti lukisan Ir. Soekarno yang ada di rumah dinas Bupati Nganjuk.
“Nah ini pasti pengacara yang dikirim untuk membantuku,” gumanku lagi. Tapi aneh, mengapa alamat kantornya tertulis tidak jelas begitu ya.
Tiba-tiba foto dalam gambar tersebut berbicara, “kalau mau tau alamatku, coba baca mantra ini: hong welahong, kacang buncis dimakan bancis kemancis.”
Benar saja!!! Ajaib!!! Saat aku tirukan mantranya, ternyata alamat kantor yang tadinya berupa tulisan tidak jelas, berubah menjadi jelas dengan kombinasi hurud Calibri dan Arial.
Disitu tertera nomer telponnya 08123456789. Aneh nomer telpon kok mirip deret angka begitu. Aku coba hubungi nomer tersebut, namun yang terdengar sebuah suara wanita seksi mendesah, “Oh yes oh no… nomer yang Anda hubungi sedang dipakai. Coba beberapa saat lagi.” Aneh. Mana ada handphone mengeluarkan bunyi desah ala orang kena cacing kremi begitu. Lebih dari 99x aku coba hubungi, namun pesan yang terdengar sama saja. Hanya kadang suara laki-laki dan lebih sering suara wanita. Aneh!!!
Tanpa pikir panjang, aku segera berkemas untuk menuju ke alamat yang tertera di iklan tersebut. “OMG… alamatnya di Padang Sumatra sana.” Namun mengingat masalah yang cukup besar karena berhubungan dengan kasus raja jin, akupun segera berangkat ke Bandara Juanda untuk bertemu pengacara fenomenal yang bisa hidup di tiga alam ini. (choiron/http://hiburan.kompasiana.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar