Minggu, 22 Februari 2015

Hendardi: PERADI Harus Bisa Jadi Alat Perjuangan untuk Rakyat Miskin


Kandidat calon Ketua Umum jangan hanya melakukan pencitraan.

Hendardi: PERADI Harus Bisa Jadi Alat Perjuangan untuk Rakyat Miskin
Ilustrasi perebutan kursi Ketua Umum PERADI. Ilustrator: Bas.

Musyawarah Nasional Perhimpunan Advokat Indonesia (Munas PERADI) 2015 masih bulan depan akan digelar. Namun, bursa calon ketua umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) PERADI sudah mulai panas. Sejumlah advokat sudah mendeklarasikan diri sebagai PERADI 1.
Direktur SETARA Institute Hendardi mengingatkan bahwa setiap calon Ketum DPN PERADI harus bisa mengembalikan organisasi advokat ini sebagai alat perjuangan untuk rakyat miskin.
“Kompetisi semacam ini dan regenerasi adalah penting. Saya bukan berlatar belakang advokat. Tapi, sejak dulu saya bergaul dengan organisasi advokat. Sekarang pun sebagian kegiatan saya di bidang hukum,” ujarnya saat menyampaikan testimoni dalam deklarasi pasangan Fauzie-Thomas di Jakarta, Kamis (12/2).
Hendardi juga menilai bahwa PERADI sudah menjadi seperti organisasinya sendiri. Pasalnya, ia hingga kini masih duduk di Dewan Kehormatan Pusat PERADI yang bersifat ad hoc hampir selama 10 tahun. “Organisasi ini bukan siapa-siaoa lagi, tapi ini organisasi saya sendiri,” ujarnya.
Lebih lanjut, Hendardi mengatakan tantangan yang dihadapi oleh Ketua Umum DPN PERADI ke depan adalah isu persatuan organisasi yang terus dicoba untuk dicabik-cabik oleh sejumlah pihak. “Saya kira Prof. Otto Hasibuan (Ketua Umum DPN PERADI saat ini,-red) berusaha untuk membuat kesatuan. Itu tanatangan yang sama untuk Fauzie dan Thomas,” ujarnya. 
Namun, lanjut Hendardi, ada yang lebih penting yang harus diemban oleh PERADI ke depan, yakni organisasi sebagai alat perjuangan untuk rakyat miskin. Ia menceritakan ketika dulu dia hadir di Kongres PERADIN (Persatuan Advokat Indonesia, sebelum adanya PERADI) di Bandung pada sekira 1979-1980. “Mereka mendeklarasikan sebagai organisasi perjuangan,” ujarnya.
Hendardi menilai flash-back ini perlu diperhatikan oleh para kandidat. Pasalnya, ada kandidat yang mendeklarasikan di Wisma Proklamasi dan ada juga yang mendeklarasikan diri di Gedung Joang 1945. Pasangan Fauzie-Thomas mendeklarasikan pencalonannya di Gedung Joang 1945.
Sebelumnya, pasangan Juniver Girsang-Harry Ponto menyatakan maju di Munas PERADI dengan memilih Wisma Proklamasi sebagai tempat deklarasi. Hendardi juga terlihat hadir dalam deklarasi ini.
Ia berharap bahwa pemilihan tempat deklarasi ini bukan hanya pencitraan semata. “Jangan hanya jadi pencitraan, tetapi harus benar-benar jadi organiasi perjuangan sesuai cita-cita PERADIN dulu,” tegasnya. 
“Dulu PERADIN dinyatakan sebagai organiasi perjuangan untuk rakyat dan kaum papa. Itu tugas advoka juga. Ini harus ditonjolkan oleh para kandidat, sebagian tugas advokat adalah membantu kaum papa, kaum miskin dan orang yang nggak punya,” tambahnya.
Apalagi, lanjut Hendardi, selama dirinya duduk di Dewah Kehormatan Pusat PERADI dari unsur masyarakat, citra advokat tidak seluruhnya baik. “Sehari-hari duduk di Dewan Kehormatan Pusat, tumpukan perkara advokat nakal bukan main banyaknya. Baik laporan dari sesama advokat atau masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu, Kandidat Calon Ketua Umum DPN PERADI Fauzie Yusuf Hasibuan mengatakan pihaknya sudah merancang agar pengabdian kepada rakyat miskin menjadi salah satu program bila memimpin PERADI. “Kita akan buat bantuan hukum ke seluruh Indonesia jadi kewajiban advokat. PBH (Pusat Bantuan Hukum,-red) PERADI akan dikembangkan,” pungkasnya. (www.hukumonline.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar