Minggu, 11 Oktober 2015

Sultan Malaysia Serukan Investigasi 1 MDB Terbuka


Kekuatan politik begitu kuat menghentikan upaya pengungkapan dugaan korupsi. Selalu saja ada kiat dan istilah untuk mematahkan pengungkapan.
==============

Investigasi skandal 1 Malaysia Development Berhad (1MDB) terhenti Agustus lalu setelah Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak mencopot jaksa agung dan pejabat yang mengkritisinya. Namun, tekanan terhadap Najib tidak berhenti. Buktinya, awal pekan lalu sembilan sultan negara bagian Malaysia menyerukan penyelidikan secara cepat dan terbuka skandal perusahaan negara 1MDB yang diduga membelit di sekitar Najib Razak.
Mereka juga menyerukan penyelidikan perkara tersebut dihidupkan kembali dan ada tindakan tegas terhadap yang terlibat.

Pernyataan yang disampaikan pada Selasa (6/10) malam menjelang konferensi tahunan kerajaan itu menambah tekanan pada Najib, yang menghadapi seruan untuk menjelaskan sejumlah besar dana yang hilang di 1MDB. Najib juga harus membeberkan tentang alih dana misterius senilai hampir 700 juta dolar AS yang masuk ke rekening pribadinya.

"Temuan investigasi harus dilaporkan secara komprehensif dan transparan sehingga masyarakat akan yakin tentang ketulusan pemerintah," kata pernyataan bersama sultan kerajaan, sebagaimana dilansir kantor berita resmi Bernama.

Kendati penyelidikan dalam negeri skandal 1MDB ditutup, pemeriksaan mengenai dugaan aliran uang yang tidak wajar di seluruh dunia dilaporkan telah diluncurkan oleh otoritas di Amerika Serikat, Swiss, dan Singapura.

FBI misalkan, telah meluncurkan investigasi atas dugaan skandal korupsi 1MDB. Penyelidikan ini dimulai tak lama setelah seorang politikus Malaysia ditangkap saat hendak melaporkan skandal ini ke FBI. Media Wall Street Journal mengutip informasi ini dari salah satu sumber yang disebut paham masalah ini. Lingkup dari investigasi masih belum jelas. Demikian dilansir Reuters, Minggu (20/9). Kemudian Otoritas Swiss telah memulai penyelidikan dugaan korupsi dan pencucian uang terkait 1MDB. Penyelidikan difokuskan pada dua eksekutif 1MDB dan juga seseorang yang tidak disebut identitasnya, terkait dugaan korupsi oleh pejabat asing

"Kegagalan untuk memberikan klarifikasi dan jawaban meyakinkan dikhawatirkan akan mengakibatkan krisis kepercayaan," kata pernyataan bersama sultan Malaysia tersebut.

Pernyataan itu mengacu pada nilai mata uang ringgit yang turun drastis dan gejolak pasar lainnya yang dianggap disebabkan oleh skandal ini.
Pemerintahan Malaysia memiliki sistem yang unik di mana sultan-sultan Islam bergantian menjadi raja simbolis bangsa Malaysia setiap lima tahun. Para sultan tidak memiliki kekuasaan formal, jarang berpartisipasi dalam politik, dan pernyataan mereka tidak mengikat. Namun, selama berabad-abad keluarga kerajaan sangat dihormati sebagai simbol warisan mayoritas Muslim Malaysia. Sebab itu, pernyataan bersama para sultan kemungkinan akan menambah tekanan pada PM Najib.

Najib (62) telah menghadapi desakan untuk mengundurkan diri atas dugaan penggelapan sejumlah besar uang dari perusahaan pengembangan negara 1MDB dan terungkapnya soal transfer uang ke rekening pribadinya pada Juli lalu.

Menghadapi tuduhan dan tekanan itu, awal September lalu, Najib Razak membuat sebuah buku saku yang berisi bantahan atas tuduhan korupsi perusahaan negara 1MDB yang melibatkan dirinya. Seperti dilansir The Star, buku setebal 62 halaman berjudul "Who Says It's Unanswered" ini berisi jawaban Najib Razak, Menkeu Ahmad Husni Hanadzlah dan Direktur Eksekutif Arul Kanda Kandasamy. "Buku ini adalah bukti bantahan dari tuduhan dan kami telah menjawab tuduhan tersebut," tulis pengantar buku.

Sebanyak 42 miliar Ringgit Malaysia (RM) yang dilaporkan raib dijabarkan dalam buku tersebut. Di antaranya Pemerintah menggunakan 18 miliar RM untuk pembangkit listrik independen (IPP). Perusahaan 1MDB mengaku hanya mendapatkan 1 juta RM dari pemerintah pada 2009 lalu dan pinjaman jangka pendek sebesar 950 juta RM pada Maret 2015. Dalam buku ini juga diungkap bahwa 700 juta dolar AS yang digunakan untuk proyek 1MDB berbentuk pinjaman bank, obligasi dan sukuk. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar