Sabtu, 05 September 2015

POKROL BAMBU

POKROL BAMBU

   Reno adalah seorang aktivis kampus yang cerdas, tapi lantaran jarang mengikuti kuliah di kampus, akhirnya dia terkena drop out. Reno memang lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan di pergerakan daripada mengikuti kuliah. 
   Kedua orang tua Reno di kampung tak pernah tahu kegiatan Reno sebagai aktivis, tentu mereka hanya tahu bahwa Reno sedang menuntut ilmu di Fakultas Hukum, berharap suatu saat nanti putranya menjadi seorang pembela hukum. Dan ketika mendengar berita drop out orang tuanya itu langsung kecewa dan bersedih hati. 
   Memang ada segumpal penyesalan yang membucah di hati Reno, namun dia menyadari sebuah konsekuensi berat harus dihadapinya dengan lapang dada. Dia pun menemui orangtuanya di kampung.
   "Bagaimana jadinya masa depanmu, kamu sekarang sudah di drop out?" keluh Ibu Reno sambil menangis.
   Reno mendekati Sang Ibu, menyusut bulir-bulir bening yang jatuh di pipi ibunya, "Pendidikan memang begitu penting Bu, tapi ada yang lebih penting dan malah terpenting dari semua ini."
   "Apa itu?" tanya Ibu Reno tak mengerti.
   "Yang paling penting adalah aku harus bisa memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi orang banyak. Intisari pendidikan yaitu menyiapkan diri untuk terjun ke masyarakat luas." jawab Reno tegas.
   "Tapi Bapak dan Ibu kecewa padamu, kuliah kamu sudah di drop out, bagaimana kamu bisa memberikan kontribusimu pada masyarakat sedangkan kuliahmu sendiri gagal?"
   "Kegagalan hanyalah bagian dari proses kehidupan, Reno tidak takut menghadapi sebuah kegagalan kecil karena sesungguhnya kegagalan besar adalah apabila kita terus berdiam diri tanpa melakukan perjuangan apa-apa. Dan harus diakui bahwa perjuangan itu memerlukan suatu pengorbanan, antara kuliah atau jadi aktivis, aku sudah memilih, kuliahku gagal dan dikorbankan, lalu...Pengorbanan ini jangan pula menjadi siksaan hingga seolah benar-benar tak ada jalan." kata Reno memberi jawaban yang diplomatis.
   Ibunya terdiam dengan banyak keraguan yang terbersit di otak. Berita drop out itu bak petir yang sudah menampar pucuk sanubarinya.
   Reno menggenggam jari-jemari ibunya dengan lembut. "Reno janji, Bapak dan Ibu akan bangga pada Reno suatu saat nanti,"
   Ayah dan Ibunya masih diam terpaku, di liputi sejuta ragu.
   "Bagaimana kamu bisa menepati janjimu untuk membuat bangga kami berdua jika kamu tak punya bekal ijasah di tangan? Bukankah kamu ingin segera lulus sarjana hukum dan menjadi pokrol?" kata Ayahnya kepada Reno.
   "Pak...Jika Reno tidak bisa menjadi sarjana hukum dan pokrol, aku masih bisa menjadi pokrol bambu, seperti Bung Sjahrir pada saat di interniran di Banda Neira, meskipun Bung Sjahrir di buang, namun Beliau masih bisa memberikan sesuatu dari dirinya yang bermanfaat bagi rakyat, Beliau sanggup memberikan pertolongan untuk rakyat kecil yang terkena kasus hukum dan perlakuan tidak adil oleh Pemerintah Kolonial Belanda sementara pada waktu itu Beliau sendiri sedang di hukum dan tanpa gelar sarjana hukum karena Beliau belum sempat menyelesaikan study-nya di Leiden. Bung Sjahrir menggunakan veteran KNIL untuk menyambung lidahnya dalam membantu rakyat. Pengabdian yang penuh dan cita-cita Bung Sjahrir sesungguhnya adalah kemanusiaan." kata Reno yang terinspirasi dari kisah hidup Sutan Sjahrir.
   Ibu Reno menatap mata anaknya yang jernih, "Cobaan ini sungguh berat untuk Bapak dan Ibu, tentu buatmu juga," kata ibunya membaca suasana hati anaknya itu.
   "Sangat berat bagiku, Bu. Apalagi aku telah membuat Bapak dan Ibu kecewa, tapi aku teringat pada sebuah tulisan Bung Sjahrir tentang betapa beratnya Beliau menerima kenyataan bahwa Beliau akan di beslit ke Boven Digul yang memiliki tantangan alam yang sangat keras, namun Beliau terima sebagai berkah untuk mengatasi kebimbangan hatinya antara memilih keluarga atau bersama-sama dengan rakyat. Beliau diingatkan pada salah satu yang mengikatnya pada nasib dan penderitaan bangsa yang berjuta-juta." Reno mendesah panjang dan berkata. "Peristiwa ini tentu membuatku sedih hatiku, namun sesungguhnya itu adalah juga berkah untukku agar semakin membulatkan tekadku sebagai pokrol bambu."
   Ayah Reno tersadarkan dan berkata, "Iya Reno, cobaan berat ini janganlah lekas membuatmu berputus asa, berusahalah untuk lebih sabar menghadapi hidup dan ikuti kata hatimu untuk menjadi seorang pokrol, dengan berusaha dan berdoa, niscaya pasti ada jalan keluarnya! Kami akan mendukung perjuanganmu...."
   Reno mengangguk penuh kepastian. "Terimakasih, Pak! Bu!"
- See more at: http://inspirasi.co/inspirasi/forum/post/1796/pokrol_bambu#sthash.v4SSqBqP.dpuf


Reno adalah seorang aktivis kampus yang cerdas, tapi lantaran jarang mengikuti kuliah di kampus, akhirnya dia terkena drop out. Reno memang lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan di pergerakan daripada mengikuti kuliah. 
   Kedua orang tua Reno di kampung tak pernah tahu kegiatan Reno sebagai aktivis, tentu mereka hanya tahu bahwa Reno sedang menuntut ilmu di Fakultas Hukum, berharap suatu saat nanti putranya menjadi seorang pembela hukum. Dan ketika mendengar berita drop out orang tuanya itu langsung kecewa dan bersedih hati. 
   Memang ada segumpal penyesalan yang membucah di hati Reno, namun dia menyadari sebuah konsekuensi berat harus dihadapinya dengan lapang dada. Dia pun menemui orangtuanya di kampung.
   "Bagaimana jadinya masa depanmu, kamu sekarang sudah di drop out?" keluh Ibu Reno sambil menangis.
   Reno mendekati Sang Ibu, menyusut bulir-bulir bening yang jatuh di pipi ibunya, "Pendidikan memang begitu penting Bu, tapi ada yang lebih penting dan malah terpenting dari semua ini."
   "Apa itu?" tanya Ibu Reno tak mengerti.
   "Yang paling penting adalah aku harus bisa memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi orang banyak. Intisari pendidikan yaitu menyiapkan diri untuk terjun ke masyarakat luas." jawab Reno tegas.
   "Tapi Bapak dan Ibu kecewa padamu, kuliah kamu sudah di drop out, bagaimana kamu bisa memberikan kontribusimu pada masyarakat sedangkan kuliahmu sendiri gagal?"
   "Kegagalan hanyalah bagian dari proses kehidupan, Reno tidak takut menghadapi sebuah kegagalan kecil karena sesungguhnya kegagalan besar adalah apabila kita terus berdiam diri tanpa melakukan perjuangan apa-apa. Dan harus diakui bahwa perjuangan itu memerlukan suatu pengorbanan, antara kuliah atau jadi aktivis, aku sudah memilih, kuliahku gagal dan dikorbankan, lalu...Pengorbanan ini jangan pula menjadi siksaan hingga seolah benar-benar tak ada jalan." kata Reno memberi jawaban yang diplomatis.
   Ibunya terdiam dengan banyak keraguan yang terbersit di otak. Berita drop out itu bak petir yang sudah menampar pucuk sanubarinya.
   Reno menggenggam jari-jemari ibunya dengan lembut. "Reno janji, Bapak dan Ibu akan bangga pada Reno suatu saat nanti,"
   Ayah dan Ibunya masih diam terpaku, di liputi sejuta ragu.
   "Bagaimana kamu bisa menepati janjimu untuk membuat bangga kami berdua jika kamu tak punya bekal ijasah di tangan? Bukankah kamu ingin segera lulus sarjana hukum dan menjadi pokrol?" kata Ayahnya kepada Reno.
   "Pak...Jika Reno tidak bisa menjadi sarjana hukum dan pokrol, aku masih bisa menjadi pokrol bambu, seperti Bung Sjahrir pada saat di interniran di Banda Neira, meskipun Bung Sjahrir di buang, namun Beliau masih bisa memberikan sesuatu dari dirinya yang bermanfaat bagi rakyat, Beliau sanggup memberikan pertolongan untuk rakyat kecil yang terkena kasus hukum dan perlakuan tidak adil oleh Pemerintah Kolonial Belanda sementara pada waktu itu Beliau sendiri sedang di hukum dan tanpa gelar sarjana hukum karena Beliau belum sempat menyelesaikan study-nya di Leiden. Bung Sjahrir menggunakan veteran KNIL untuk menyambung lidahnya dalam membantu rakyat. Pengabdian yang penuh dan cita-cita Bung Sjahrir sesungguhnya adalah kemanusiaan." kata Reno yang terinspirasi dari kisah hidup Sutan Sjahrir.
   Ibu Reno menatap mata anaknya yang jernih, "Cobaan ini sungguh berat untuk Bapak dan Ibu, tentu buatmu juga," kata ibunya membaca suasana hati anaknya itu.
   "Sangat berat bagiku, Bu. Apalagi aku telah membuat Bapak dan Ibu kecewa, tapi aku teringat pada sebuah tulisan Bung Sjahrir tentang betapa beratnya Beliau menerima kenyataan bahwa Beliau akan di beslit ke Boven Digul yang memiliki tantangan alam yang sangat keras, namun Beliau terima sebagai berkah untuk mengatasi kebimbangan hatinya antara memilih keluarga atau bersama-sama dengan rakyat. Beliau diingatkan pada salah satu yang mengikatnya pada nasib dan penderitaan bangsa yang berjuta-juta." Reno mendesah panjang dan berkata. "Peristiwa ini tentu membuatku sedih hatiku, namun sesungguhnya itu adalah juga berkah untukku agar semakin membulatkan tekadku sebagai pokrol bambu."
   Ayah Reno tersadarkan dan berkata, "Iya Reno, cobaan berat ini janganlah lekas membuatmu berputus asa, berusahalah untuk lebih sabar menghadapi hidup dan ikuti kata hatimu untuk menjadi seorang pokrol, dengan berusaha dan berdoa, niscaya pasti ada jalan keluarnya! Kami akan mendukung perjuanganmu...."
   Reno mengangguk penuh kepastian. "Terimakasih, Pak! Bu!"
- See more at: http://inspirasi.co/inspirasi/forum/post/1796/pokrol_bambu#sthash.v4SSqBqP.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar